Seperti biasa,
jam beker itu selalu berisik pada pukul 7. Pemiliknya seperti tak menghiraukan
benar atau salah ia mengatur jarum jam pada beker itu. Tak lama muncul sebuah kepala dengan rambut
keriting dari balik selimut. Meraih beker yang ada di meja disampingnya.
Menatapnya. Kemudian menaruhnya kembali di meja yang sama. Ia keluar dari
persembunyiannya semalam. Melangkah menuju pintu dengan mata yang masih
tertutup. Tak lama ia keluar dari sebuah ruangan yang lantainya basah. Bergegas
mengganti busana yang ia kenakan. Lalu keluar dari ruangan yang ia sebut area
pribadi. Dengan cepat ia melesat menuju sebuah halaman luas didepan deretan
kamar kost putra itu. Menuju si cantik nan mempesona. Ya, yang amat ia cintai.
Vespa ungu metalik warisan peninggalan sang kakek.
Lorong panjang
itu harus ia lewati dengan setengah berlari. Menuju kelas paling pojok di
lantai 2. Beruntung, beberapa langkah menuju pintu masuk seorang lelaki paruh
baya lengkap dengan kacamata keluar dari kelas tersebut. Iapun bergegas masuk
ke dalam kelas.
“ Mon, parah
banget lu jam segini baru masuk. Pasti kesiangan deh bangunnya” ucap seorang
gadis berkacamata pada Emon.
“ Bawel lu. Eh
kok dosen keluar kelas, sih?”
“ Tau. Gak sms
gue mau ngapain keluar kelas. Haha”
“ Huu..”
Gadis berjilbab
yang duduk dua baris didepannya membuat Emon terdiam. Kulit pipinya yang putih
bersih tambah mempesona dengan lesung pipi yang menambah cantik senyumnya.
Subhanallah. Betapa indah ciptaan Tuhan yang kini ada didepan matanya. Ingin
rasanya ia menyapa sang bidadari berjilbab biru itu.
“ Mon, ngapain lu
liatin Nayla terus?” ucap Rista sambil menepuk punggungnya.
“ Hmm..nggak ko,
hehe” ia gugup ketika Rista mengagetkannya.
###
Bidadari cantik
bernama Nayla itu membuat Emon diam terpesona. Hasrat untuk memiliki sang
bidadari cantik memang bukan beberapa menit yang lalu, tetapi sejak awal mereka
bertemu sebagai mahasiswa di universitas tempat mereka belajar sekarang. Tetapi
Sang Pemilik Waktu belum mengizinkan Emon untuk itu. Emon memang sangat sabar.
Bahkan Rista sahabatnya sangat salut dengan kesabaran Emon. Awalnya Rista tidak
percaya ada seorang lelaki yang sabar dan setia menunggu waktu yang tepat
selama 4 tahun untuk mengungkapkan perasaannya pada seorang perempuan. Tapi
setelah bersahabat lama dengan Emon, Rista yakin kesabaran dan kesetiaan itu
bukan hanya kata-kata lebay dalam novel.
Siang itu
perpustakaan cukup penuh oleh mahasiswa seangkatan Emon. Maklumlah lagi musim
skripsi. Dipojok sebuah barisan rak buku, tampak sosok yang tak asing buat
Emon. Cantik. Emon hanya bisa menatapnya dari jauh. Hanya Tuhan yang mampu
mendengar jeritan hatinya.
“ Nayla andai
saja waktu dapat ku kuasai sejak pertama kita bertemu, aku ingin menjadi imammu
dalam menjalani sebuah ikatan suci sunnah Rasulullah. Membelai rambutmu ketika
malam mulai larut. Menggenggam tanganmu ketika matahari mulai menyapa. Menegcup
keningmu untuk menenangkan dukamu. Dan menjalani bahagia bersamamu.”
Degupan jantung
Emon semakin menjadi ketika Nayla melewatinya dan tersenyum. Ah, andai saja
bibirku bisa sedikit profesioanal aku seharusnya menyapa dengan menyebut
namanya. Begitu penyesalan Emon yang lagi-lagi hanya ia dan Tuhan yang tau.
###
Dalam sujudnya
Emon berdoa. Tak lupa ia kembali menyerukan isi hati yang hanya ia dan Tuhan
yang tau. Tak lupa ia berdoa ampunan dari segala dosa, bertambah rizki, panjang
umur, bertambah sabar dan ikhlas dan keinginannya untuk berkesempatan dapat
berbalasan perasaan dengan sang bidadari cantik Nayla.
Bulir hangat yang
menetes dari sudut matanya membuktikan betapa ia ingin Sang Penguasa Bumi
mengabulkan doanya. Doa yang sama.
Tapi manusia
hanya bisa memohon dan berencana. Tetap Sang Pemberi Kehidupan yang memutuskan
segala yang terjadi pada kita. Hanya berdoa dan memohon yang dapat Emon
lakukan. Dan hari ini, tahun ketujuh perasaan itu masih Emon simpan. Takkan
pernah tersampaikan. Sang bidadari cantik telah dimiliki orang lain. Emon tak
menyesal. Ia yakin sang bidadari cantik yang lain telah menunggunya.
###
Kecupan manis
mendarat dikeningku.
“ Selamat pagi,
cantik”
“ Selamat pagi
juga, suamiku”
“ Aku yakin,
Tuhan telah menakdirkanmu untuk menjadi sahabat sepanjang hidupku.”
“ Aku juga
percaya, kisah dimasa lalu hanyalah sepenggal cerita hidup kita. Meskipun dulu
aku sangat mendukungmu untuk mendapatkan Nayla.”
“ Sayang,
sudahlah. Aku akan menjadi imammu sampai Tuhan menghentikan nafasku. Menjadi
pelindungmu dan menjadi bahagiamu.”
Aku percaya,
Gilang Kaisar Pribadi(orang yang akan menjadi pemimpin yang bercahaya) atau
dulu aku panggil Emon, akan menjadi sahabat untuk selamanya. Dalam tangis atau
tawa, dalam terang atau gelap, semoga dalam hidup dan mati.
12082012